Selasa, 15 Februari 2011

Antara Pujian dan Celaan, Agnes Monica

Menyebut nama Agnes sebagai topik perbincangan akan selalu mengundang dua macam respon: Rasa kagum dan jadi bahan ledekan.

Agnes Monica bisa disebut sebagai salah satu artis muda potensial yang pernah dimiliki Indonesia. Mengawali karier sebagai penyanyi cilik dan presenter acara anak-anak, Agnes sudah langsung berhasil mencuri perhatian lewat karakternya yang imut dan cerdas.

Karier menyanyinya di saat masih anak-anak memang terbilang kalah pamor dibanding penyanyi anak-anak seangkatannya, bisa dibilang Agnes jarang bisa menghasilkan lagu-lagu hits dari album anak-anak yang dua keluarkan. Tetapi karakternya yang kuat mampu membuat Agnes tetap punya tempat di jagat hiburan dengan penonton anak-anak.

Menginjak usia remaja sepertinya menjadi langkah yang tepat bagi Agnes untuk menunjukkan kemampuannya. Dia berhasil menjelma dari bintang cilik menjadi pemain sinetron remaja. Debut aktingnya memang secara kebetulan teruji pada sinetron yang ditujukan untuk penonton remaja, Lupus dan Pernikahan Dini. Karena saya bukan penggemar sinetron (bahkan mungkin bisa disebut benci setengah mati terhadap sinetron) maka saya kurang punya kapasitas untuk mengomentari akting Agnes di sinetron.

Begitu merilis album remaja pertamanya yang berjudul And The Story Goes Agnes langsung mengharu biru blantika musik Indonesia. Secara penampilan dan musikalitas, Agnes memang terlihat berbeda dan selangkah lebih maju dibanding penyanyi-penyanyi seniornya saat itu.

Kalau penyanyi-penyanyi seniornya cenderung saling meniru gaya menyanyi dan berbusana satu sama lain sehingga semuanya tampak seragam dan sama, Agnes justru memilih untuk meniru gaya busana Britney Spears dan gaya bernyanyi Christina Aguilera.  Meski mendapat kritikan sebagai tukang tiru artis luar negeri, toh Agnes tetap melaju sebagai salah satu penyanyi terbaik Indonesia dan yang paling ditunggu penampilannya disetiap acara-acara on air atau off air. Penggemarnya juga sangat lintas usia, mulai dari anak-anak sampai usia dewasa.

Sukses dengan album pertama, Agnes langsung merasa percaya diri mampu menggebrak pasar musik internasional. Slogan go internasional mulai sering didengungkan, apalagi Agnes mulai pamer kemampuan bahasa Inggrisnya dengan cara menyelipkan beberapa kata dalam bahasa Inggris dalam statement-nya yang berbahasa Indonesia.

Tak jarang Agnes juga menggunakan bahasa Inggris pada wawancara yang berformat bahasa Indonesia. Bukan hal yang haram memang karena di Indonesia sangat jarang kita menemukan artis yang bisa berbahasa Inggris dengan baik dan benar, tetapi tentu terlihat sedikit salah tempat.

Memiliki bakat dan penampilan yang memadai ke arah bursa internasional, wacana go internasional itu disertai Agnes dengan pembuktian menuju ke arah sana. Agnes sibuk bermain sinetron, termasuk menjadi figuran serial Taiwan yang (katanya) juga  dibintangi oleh Jerry Yan. Kemudian tampil di Asian Music Festival di Korea, duet dengan penyanyi Amerika: Keith Martin, dan yang paling mencengangkan adalah menjadi co-host American Music Award 2011 (meskipun kenyataannya saya tidak menemukan secuil-pun penampakan dari Agnes ketika menyaksikan tayangan American Music Award di channel ABC).

Memang pada official Press Release, Agnes tampak pada video dengan gerombolan yang tidak saya kenal (yang katanya adalah para co-host dari berbagai negara) dan anehnya Agnes adalah satu-satunya yang berbicara dalam bahasa Indonesia sementara co-host yang lain berbicara dalam bahasa Inggris yang baik.

Agak mengherankan karena di Indonesia, Agnes dikenal sebagai artis yang sangat bersemangat menggunakan bahasa Inggris. Tetapi ketika berada pada teritori yang menggunakan bahasa Inggris, Agnes malah terkesan tidak percaya diri. Gayanya yang gelagapan saat hanya bisa memberi jawaban ‘I don’t know. I’m so excited. Are you excited?’ sempat menjadi bahan ledekan di beberapa forum online dan situs jejaring sosial.

Itulah Agnes Monica, bakatnya mengundang decak kagum tetapi semangatnya yang menggebu-gebu dan terkesan sobbish sering menjadi bahan tertawaan. Darah mudanya membuat Agnes berani bermimpi setinggi langit dan kemudian dengan semangat luar biasa membicarakannya kepada orang lain. Namun sayang, usahanya mungkin masih kurang keras sehingga sampai saat ini mimpi itu belum juga terwujud. Bahkan tak jarang bagi beberapa orang Agnes dinilai terlalu muluk bermimpi.

Saat ini kabarnya Agnes sudah mendapat kontrak rekaman di Amerika (kabar yang sama seperti yang pernah kita dengar lima tahun yang lalu), dan sekarang Agnes (kabarnya kagi) sedang berada di Amerika untuk proyek besar tersebut. Kita hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk Agnes karena selama ini Agnes sudah terlalu banyak mengumbar rencana besar tanpa bukti.

Masih ingat dengan statement Agnes yang mengatakan tidak mungkin meninggalkan karier dan popularitasnya di Indonesia demi mengejar karier internasional. Rasanya statement ini tidak realistis, bagaimana mungkin Agnes bisa membangun karier di luar negeri sementara dia berada di Indonesia. Kecuali kalau Agnes membangun kariernya melalui uang, bukan menjual bakat dan menjalin relasi.  Dia tinggal menyuruh dan membayar orang lain yang mencari peluang dan kesempatan untuknya di luar sana.  Tetapi dengan bakat dan kemampuan se-luar biasa itu, sangat sayang jika Agnes menempuh jalur seperti itu.

Rasanya Agnes memang perlu belajar bahwa setiap orang bebas bermimpi, tetapi untuk mewujudkan mimpi ada harga yang harus dibayar. Mudah-mudahan itu yang sekarang dia coba aplikasikan dengan berangkat ke Amerika. Tinggalkan kontrak sinetron dan iklan yang tak membangun image Agnes ke arah brand image yang lebih tinggi. Toh kalau misalnya gagal (mudah-mudahan sih sukses), dia masih bisa kembali ke Indonesia dan menjadi superstar lagi. Bukankah semua usaha ada risikonya?

Good luck, Agnes!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar